2.14.2010

Mampukah kita mencintai istri kita tanpa syarat

Sebuah perenungan Buatpara suami baca ya … istri & calon istri juga boleh..
Ceritanya begini :
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
bahkan sudahmendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat
istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.. mereka menikah sudah lebih
32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa,

setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak
bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga
seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun
sudah tidak bisa digerakkan lagi. Setiap hari Pak Suyatno memandikan,
membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat
tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya
istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak
dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah
tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang
hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang
memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani
istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami
seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa
menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda
istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno
lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil
membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah
dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah. Pada suatu hari ke empat
anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk
Ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan
keluarga masing2 dan PakSuyatno memutuskan Ibu mereka dia yg merawat,
 yang dia inginkan hanya satu … semua anaknya berhasil. Dengan kalimat
yg cukup hati2 anak yg sulung berkata "Pak kami ingin sekali merawat Ibu
semenjak kami kecil melihat Bapak merawat Ibu tidak ada sedikitpun keluhan
 keluar dari bibir Bapak.  bahkan Bapak tidak ijinkan kami menjaga Ibu". dengan air mata
berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami
mengijinkan Bapak menikah lagi, kami rasa Ibupun akan mengijinkannya,
kapan Bapak menikmati masa tua Bapak dengan berkorban seperti ini kami
sudah tidak tega melihat Bapak, kami janji kami akan merawat Ibu
sebaik-baik secara bergantian ..." Pak Suyatno menjawab hal yg sama
sekali tidak diduga anak2 mereka."Anak2ku … Jikalau perkawinan & hidup
didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin Bapak akan menikah … tapi
ketahuilah dengan adanya Ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari
cukup, dia telah melahirkan kalian ... sejenak kerongkongannya tersekat
… kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg
tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya Ibumu
apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini? Kalian menginginkan
Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia meninggalkan Ibumu dengan
keadaanya sekarang, kalian menginginkan Bapak yg masih diberi Tuhan
kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan Ibumu yg masih
sakit." Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno merekapun melihat
butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno … dengan pilu
ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.. Sampailah akhirnya Pak
Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara
sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu
bertahan selama 25 tahun merawat sendiri Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.
Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio
kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah Pak
Suyatno bercerita. "Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah
cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu,
tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya
menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan
sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan
mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2 ... Sekarang dia
sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama … dan itu merupakan
ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya
apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia
sakit,,,"

Semoga bisa menjadi bahan renungan yang bermanfaat buat kita semua ya ,,



0 comments:

Posting Komentar